Mata Peristiwa Nusantara News.Com – Semangat berorganisasi pada lingkungan Etnis Batak sudah ada sejak tahun 1925.
Hal ini dipupuk sesuai Kecenderungan cara Pandang, Budaya, Pemikiran serta nilai-nilai yang dicapai beserta.
Hal ini bukan berarti sikap suku Batak Primordialisme, namun justru membangun Kesadaran bahwa Persatuan serta Kesatuan buat mencapai tujuan lebih mudah dicapai.
Pada tahun 1925, Organisasi Suku Batak yang dikenal dengan nama Jong Batak atau juga Jong Bataks Bond ialah Perkumpulan Pemuda yang berasal daerah Batak (Tapanuli).
Organisasi ini bertujuan buat mempererat Persatuan serta semangat Persaudaraan Para Pemuda di Perantauan, selain itu bertujuan memelihara nilai-nilai Budaya.
Sebelum organisasi Jong Bataks Bond ini berdiri, pemuda Batak juga telah terlibat dan aktif mendirikan Organisasi Jong Sumatrane Bond.
Organisasi ini didirikan sekitar tahun 1917, ini adalah bahwa semangat berorganisasi dikalangan suku Batak telah terdapat sejak lama.
“Peran Jong Batak”
Kiprah pemuda Batak dalam perjalanannya lewat Organisasi Jong Batak juga sangat berpengaruh dalam menggagas Sumpah Pemuda.
Pada Kongres tersebut berkomitmen mengucapkan Ikrar untuk mengakui tanah air, bangsa, bahasa serta tumpah darah yang satu yaitu Indonesia.
Hal ini membuktikan bahwa Organisasi Jong Batak mempunyai peranan penting dalam kelangsungan Kedaulatan Indonesia.
Meski organisasi ini hanya bertahan sementara waktu sebab menyatu dalam Organisasi Indonesia Muda yang didirikan di tahun 1929.
“Peranan Organisasi Batak pada Pembangunan”
Dalam perjalanan bangsa ini, organisasi Batak sudah menyampaikan warna pada Pembangunan.
Sumbangsih Gagasan serta Materi dari Organisasi sangat berperan pada kemajuan anggota maupun lingkungan sekitar.
Selain itu, pembangunan terhadap daerah asal sudah menjadi ‘Ruh’ Organisasi Batak, baik itu pembangunan Infrastruktur juga peningkatan Sumber Daya Manusia.
Jadi, tidak heran “kalau Generasi Muda Batak itu lebih Kompetitif karena Kaderisasi serta Koneksi dari para pendahulu telah terbentuk sebelumnya.
Program “Marsipature Hutanabe“; atau disingkat “MARTABE” yang menciptakan Kampung Laman juga sangat berdampak besar dalam kemajuan wilayah batak secara khusus.
Sampai saat ini, berbagai Organisasi Suku Batak terus berkembang, baik pada pada negeri hingga keluar negeri tetap eksis.
Namun perlu diketahui bahwa Organisasi Kesukuan Batak ini sangat rentan terpecah. Secara Sosiologis wajib diakui, bahwa sifat Prasangka Sosial sangat kental dikalangan masyarakat batak.
“Dilema Prasangka Sosial Dalam Organisasi Suku Batak”
Dinamika berorganisasi khususnya pada kalangan Suku Batak mempunyai beberapa kelemahan, yaitu akibat disparitas pendapat saja rentan terpecah menjadi beberapa organisasi.
Disparitas pemikiran dan Prasangka Sosial, Organisasi menjadi bubar atau terpecah serta membuat Organisasi Baru.
Hal ini tak jarang terjadi, baik Organisasi Gereja maupun Organisasi Suku sangat riskan terpecah dampak Berpretensi Sosial.
Secara Antropologis, rakyat Batak memang memiliki pendirian yang kuat dan berani mempertahankan pandangan pribadinya.
Dengan demikian, sifat “Keras” ini memicu cita-cita untuk menghasilkan kelompok baru.
Dalam bahasa Batak perilaku Hosom, Elat, Late serta Teal (Hotel). bila diartikan kata tadi ialah sifat iri, dengki, dongkol serta angkuh atau kata singkatnya ‘Prasangka Sosial‘.
Sikap prasangka Sosial ini sebenarnya justru merugikan masyarakat secara umum dan pada organisasi secara khusus. Sifat prasangka sosial ini sebenarnya masyarakat justru dapat menghambat berkembangnya Potensi Individu secara Maksimal.
Selain itu, “Prasangka Sosial” ini tidak hanya berdampak pada orang dewasa tetapi pula anak-anak sehingga bisa membatasi peluangnya untuk berkembang menjadi warga yang Intoleran terhadap kelompok lain, terutama kelompok Minoritas.
Prasangka sosial ini juga membuat kelompok tertentu merasa Eksklusif, berbeda menggunakan kelompok Individu lainnya serta membuat mereka enggan buat bergabung atau bersosialisasi.
Bila hal ini terjadi pada sebuah organisasi, hal ini akan melemahkan organisasi itu sendiri.
Selain itu, prasangka Sosial juga berdampak terhadap orang atau Kelompok tertentu enggan bergabung atau berinteraksi dengan Kelompok yang lain.
Pencegahan Serta Pengurangan Berpretensi Sosial
Dinamika berorganisasi pada masyarakat Batak memerlukan pendekatan sistematis untuk menciptakan Kondisi Sosial yang Harmonis, bukan bias antar Organisasi.
Perlunya menanamkan nilai-nilai Kerukunan serta Kemanusiaan pada Anggota agar tidak saling membenci Organisasi atau Kelompok lain.
Peran pimpinan Organisasi sangat diharapkan untuk menanamkan perilaku atau sikap toleransi terhadap organisasi lain (penguatan positif) terhadap anggotanya.
Penekanan perilaku rukun Anggota Organisasi agar belajar membedakan Individu atau Kelompok lain, yaitu Mengkaji serta tahu Individu lain sesuai Karakteristik khasnya, tidak hanya berdasarkan keanggotaan Individu saja Kelompok.
Hal ini akan lebih efektif jika kebijakan Organisasi dibarengi dengan penerapan Kesetaraan supaya tidak menebar Kebencian terhadap orang-orang atau Organisasi lain yang belum tentu satu Pemikiran.
Menanamkan nilai-nilai Kemanusiaan pada Organisasi perlu diwujudkan secara perlahan.
Hal ini membuka ruang bagi pihak lain untuk bergabung atau setidaknya mengubah Paradigma terhadap Organisasi lain dan Anggotanya.
Melalui penerapan nilai-nilai toleransi yang rukun pada anggota akan memberi peluang untuk berinteraksi dengan Individu maupun Organisasi serta tidak Terpolarisasi.
OLEH : Erwin Siahaan, S.H.
Penulis ialah seorang Advokat dan Pengamat Sosial Kabupaten Sintang
//RED