Ket. Edison saat Diwawancarai di Ruang Kerjanya. Minggu (10/02). Foto. (MPNN)
BENGKAYANG, KALBAR, MPNN – Ketahanan pangan bukan hanya soal memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga merupakan kunci stabilitas ekonomi nasional. Para ekonom menegaskan, jika sektor pangan dikelola dengan optimal, bukan hanya ketergantungan impor yang bisa dikurangi, tetapi juga defisit neraca perdagangan dan utang negara dapat ditekan.
Pengusaha asal Bengkayang, Kalimantan Barat, Edison, menilai bahwa bantuan sosial (bansos) hanya solusi jangka pendek yang tidak menyentuh akar masalah sesungguhnya, yaitu rendahnya kemandirian ekonomi masyarakat. “Rakyat diberi makan, tetapi tidak diajarkan bagaimana mencari makan sendiri. Pemerintah sibuk dengan urusan politik, sementara rakyat tetap menganggur,” tegasnya saat diwawancarai, Senin (10/02).
*Pertanian: Solusi Nyata untuk Ekonomi Indonesia*
Menurut Edison, ketahanan pangan tidak boleh hanya bergantung pada satu komoditas, seperti jagung. Ia mengingatkan bahwa di era Orde Baru, Indonesia pernah sukses mengembangkan perkebunan karet berkat investasi Bank Dunia, yang menjadikannya sektor penyumbang pajak terbesar kedua setelah hasil hutan.
“Tanah kita subur dan bisa ditanami apa saja – sawit, karet, pinang, padi. Jika pertanian dikembangkan secara serius, rakyat tidak perlu merantau ke luar negeri untuk mencari nafkah,” ucapnya.
Lebih lanjut, Edison menyoroti bahwa pertanian mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dibandingkan sektor industri. “Indonesia punya lebih dari 200 juta penduduk, tapi lapangan kerja di industri terbatas. Berbeda dengan pertanian, yang bisa menyerap tenaga kerja jauh lebih banyak,” jelasnya.
*Bengkayang Punya Potensi, Tapi Kebijakan Impor Merugikan Petani*
Edison menegaskan bahwa Kabupaten Bengkayang memiliki potensi besar dalam produksi jagung karena kondisi geografisnya yang mendukung pertanian sepanjang tahun. Namun, kebijakan impor justru sering merugikan petani lokal.
“Saat harga jagung mencapai Rp7.000 per kilogram, banyak petani di Bengkayang mulai menanamnya. Tapi begitu produksi meningkat, pemerintah malah membuka keran impor. Ini membunuh petani kecil,” kritiknya tajam.
*Solusi Konkret: Bangun Industri Pakan, Hentikan Ketergantungan Impor*
Untuk mengatasi persoalan ini, Edison berencana mengundang investor guna membangun industri pakan ternak di Bengkayang. Ia ingin daerah ini menjadi pusat produksi pakan yang dapat menyuplai Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
“Jika industri pakan ada di sini, kita tidak perlu beli jagung dari luar pulau atau impor. Bengkayang bisa mandiri dan petani lokal bisa sejahtera,” ujarnya optimistis.
*Harapan untuk Presiden: Fokus ke Ekonomi, Bukan Sekadar Bansos*
Di akhir wawancara, Edison berharap Presiden Prabowo dan pemerintah pusat lebih serius dalam mengembangkan sektor pertanian daripada terus menggulirkan program makan gratis.
“Makan gratis memang membantu, tapi itu bukan solusi jangka panjang. Negara ini punya utang besar. Jika anggaran dialihkan ke sektor pertanian, lapangan kerja akan tercipta, ekonomi bergerak, dan rakyat bisa mandiri,” katanya.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi raksasa ekonomi berbasis pertanian. “Tanah kita luar biasa subur. Singkong saja dilempar bisa tumbuh. Jika pemerintah serius, kita bisa swasembada pangan dan mandiri secara ekonomi, tanpa terus bergantung pada impor dan bansos,” pungkasnya.(DN)